PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Negara-negara
manapun di dunia ini tentu tidak terlepas dari akitifitas perdagangan dengan
negara lain, seiring perkembangannya maka tiap negara memiliki komoditas
andalan untuk diperdagangkan dengan negara lain. Setiap negara memiliki sumber
daya alam yang berbeda-beda satu sama lain yang tidak terdapat di negara lain,
suatu negara yang membutuhkan komoditi yang tidak tersedia di negaranya tetapi
tersedia di negara lain, maka negara tersebut akan melakukan perdagangan atau
pertukaran komoditi dengan negara lain sehingga terjadilah kegiatan ekspor dan
impor tiap negara. Karena pentingnya hal itu maka tiap negara melakukan
kebijakan ekspor-impor.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai
kegiatan ekspor – impor mari kita pahami terlebih dahulu pengertian keduanya. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain.
Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala
bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat
internasional. Sedangkan Impor adalah adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang
atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor merupakan bagian penting
dari perdagangan internasional. Ekspor impor merupakan kegiatan perdagangan
yang memerlukan perhatian khusus bagi pemerintah kita dimana begitu beraneka
ragamnya permasalahan yang dihadapi.
b.
Rumusan
Masalah
Adapun
masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
·
Bagaimana Perkembangan Ekspor dan
Impor Indonesia?
·
Bagaimana kondisi Ekspor Impor indonesia dewasa
ini?
·
Apa saja faktor-faktor pendorong
suatu negara melakukan perdagangan internasional?
·
Manfaat melakukan Ekspor Impor?
c.
Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas soft skill dari
mata kuliah Perekonomian Indonesia yang dibimbing oleh dosen mata kuliah yang
bersangkutan. Selain itu juga banyak hal yang didapat untuk penulis terutama
dalam kegiatan ekspor – impor.
ISI
1.
Perkembangan Ekspor – Impor di
Indonesia
Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Sejak tahun 1987 ekspor
Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana pada tahun-tahun
sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah
pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor,
sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspot non migas. Pada tahun
1998 nilai ekspor non migas telah mencapai 83,88% dari total nilai ekspor
Indonesia, sementara pada tahun 1999 peran nilai ekspor non migas tersebut
sedikit menurun, menjadi 79,88% atau nilainya 38.873,2 juta US$ (turun 5,13%).
Hal ini berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda indonesia sejak
pertengahan tahun 1997.
Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total
maupun tanpa migas, yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66) untuk total ekspor
dan 47.757,4 juta US$ (22,85%) untuk non migas. Namun peningkatan tersebut
tidak berlanjut ditahun berikutnya. Pada tahun 2001 total ekspor hanya sebesar
56.320,9 juta US$ (menurun 9,34%), demikian juga untuk eskpor non migas yang
menurun 8,53%. Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058,2 juta
US$ atau naik 6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar 57.158,8 juta US$.
Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas yang naik 5,24% menjadi 47.406,8
juta US$. Tahun 2004 ekspor kembali mengalami peningkatan menjadi 71.584,6 juta
US$ (naik 17,24%) demikian juga ekspor non migas naik 18,0% menjadi 55.939,3
juta US$.
Pada tahun 2006 nilai ekspor menembus angka 100 juta US$ menjadi
100.798,6 juta US$ atau naik 17,67%, begitu juga dengan ekspor non migas yang
naik 19,81% dibandingkan tahun 2005 menjadi 79.589,1 juta US$. Selama lima
tahun terakhir, nilai impor Indonesia menunjukkan trend meningkat rata-rata
sebesar 45.826,1 juta US$ per tahun. Pada tahun 2006, total impor tercatat
sebesar 61.065,5 juta US$ atau meningkat sebesar 3.364,6 juta US$ (5,83%)
dibandingkan tahun 2005. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya impor
migas sebesar 1.505,2 juta US$ (8,62%) menjadi 18.962,9 juta US$ dan non migas
sebesar 1.859,4 juta US$ (4,62%) menjadi 42.102,6 juta US$. Pada periode yang
sama, peningkatan impor terbesar 54,15% dan non migas sebesar 39,51%. Secara
kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai 118,43 juta US$
atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor
non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut
sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada
periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor non migas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor non migas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20%.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor non migas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor non migas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20%.
Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai
US$11,80 juta (12,80%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai 10,67 juta US$
(11,57%), dan Singapura dengan nilai 8,67 juta US$ (9,40%). Peranan dan
perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor untuk periode
Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor
produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya
masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%. Dilihat dari kontribusinya
terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk
industri adalah sebesar 64,13%, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian
adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar
10,46%, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10%. Kendati secara
keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri
semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin
menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan
2,15% atau menjadi 12,23 juta US$ bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun,
secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53%.
Dilihat dari kontribusinya, rata-rata peranan impor migas terhadap
total impor selama lima tahun terakhir mencapai 26,15% dan non migas sebesar
73.85% per tahun. Dibandingkan tahun sebelumnya, peranan impor migas meningkat
dari 30,26% menjadi 31,05% di tahun 2006. Sedangkan peranan impor non migas
menurun dari 69,74% menjadi 68,95%. Keadaan impor di Indonesia tak selamanya
dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk
barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan
dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77% dan 75,65% menjadi
5,99% dan 74,89%. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58%
menjadi 19,12%.
Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor non migas Indonesia
selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan
terbesar yaitu 17,99%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15%, besi
dan baja sebesar 8,80%, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98%, bahan kimia
organik sebesar 5,54%, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16%, dan
barang dari besi dan baja sebesar 3,27%. Selain itu, tiga golongan barang
berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga% yaitu pupuk sebesar 2,43%,
serealia sebesar 2,39%, dan kapas sebesar 1,98%. Peranan impor sepuluh golongan
barang utama mencapai 67,70% dari total impor non migas dan 50,76% dari total
impor keseluruhan. Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai
impor non migas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar 1,78 juta
US$. Angka tersebut mengalami defisit sebesar US$9,3 juta atau 0,52% dibanding
September 2008.
Sementara itu, dari total nilai impor non migas Indonesia selama
periode tersebut sebesar 64,62 juta US$ atau 76,85% berasal dari 12 negara
utama, yaitu China sebesar 12,86 juta US$ atau 15,30%, diikuti Jepang sebesar
12,13 juta US$ (14,43%). Berikutnya Singapura berperan 11,29%, Amerika Serikat
(7,93%), Thailand (6,51%), Korea Selatan (4,97%), Malaysia (4,05%), Australia
(4,03%), Jerman (3,19%), Taiwan (2,83%), Prancis (1,22%), dan Inggris (1,10%).
Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22% dan dari Uni Eropa 10,37%.
2.
Kondisi Ekspor Indonesia Dewasa
Ini
Ekspor Indonesia pada Desember 2010
mengalami peningkatan sebesar 7,36 persen dibanding November 2010, yaitu dari
US$15.633,3 juta menjadi US$16.783,4 juta. Bila dibandingkan dengan Desember
2009, ekspor mengalami peningkatan sebesar 25,74 persen.
Peningkatan
ekspor Desember 2010 disebabkan oleh meningkatnya ekspor nonmigas sebesar 5,42 persen
yaitu, dari US$12.816,9 juta menjadi US$13.511,0 juta. Demikian juga ekspor
migas mengalami peningkatan sebesar 16,19 persen dari US$2.816,4 juta menjadi
US$3.272,4 juta. Lebih lanjut peningkatan ekspor migas disebabkan oleh
meningkatnya ekspor minyak mentah sebesar 6,74 persen menjadi US$1.237,7 juta
dan ekspor hasil minyak naik sebesar 59,69 persen menjadi US$470,3 juta, dan ekspor
gas naik sebesar 14,83 persen menjadi US$1.564,4 juta. Sementara volume ekspor
migas Desember 2010 terhadap November 2010 (berdasarkan data Pertamina dan BP
Migas) untuk minyak mentah dan hasil minyak masing-masing naik 1,68 persen dan
72,17 persen, demikian juga ekspor gas naik 10,97 persen. Harga minyak mentah
Indonesia di pasar dunia naik dari US$85,07 per barel di
November 2010 menjadi
US$91,37 per barel di Desember 2010.
Bila dibandingkan dengan Desember
2009, nilai ekspor Desember 2010 mengalami peningkatan 25,74 persen.
Peningkatan ini disebabkan naiknya ekspor nonmigas sebesar 24,58 persen dan
ekspor migas sebesar 30,74 persen. Nilai ekspor Indonesia secara kumulatif
selama Januari-Desember 2010 mencapai US$157.732,6 juta atau naik 35,38 persen
dibanding periode yang sama tahun 2009, sementara ekspor nonmigas mencapai
US$129.679,9 juta atau meningkat 33,02 persen.
Ekspor nonmigas Indonesia pada
Desember 2010 ke Jepang, Cina dan Amerika Serikat masing - masing mencapai
US$1.721,9 juta, US$1.695,4 juta, dan US$1.300,8 juta, dengan peranan ketiganya
mencapai 34,92 persen. Peningkatan ekspor nonmigas Desember 2010 jika
dibandingkan dengan November 2010 terjadi ke beberapa negara tujuan utama,
yaitu Amerika Serikat sebesar US$176,7 juta; Malaysia sebesar US$169,5 juta;
Jerman sebesar US$97,6 juta; Jepang sebesar US$46,4 juta; Inggris sebesar
US$12,6 juta; dan Perancis sebesar US$6,3 juta. Sebaliknya, ekspor ke Singapura
mengalami penurunan sebesar US$78,3 juta; Korea Selatan sebesar US$77,7 juta;
Cina sebesar US$66,0 juta; Australia sebesar US$51,8 juta; Taiwan sebesar
US$44,4 juta dan Thailand sebesar US$5,4 juta. Sementara ekspor ke Uni Eropa
(27 negara) pada Desember 2010 mencapai US$1.930,6 juta. Secara keseluruhan,
total ekspor kedua belas negara tujuan utama diatas naik 2,21 persen.
Pada periode Januari-Desember 2010,
Jepang masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$16.500,5
juta (12,72 persen), diikuti Cina dengan nilai US$14.072,6 juta (10,85 persen),
dan Amerika Serikat dengan nilai US$13.327,2 juta (10,28 persen).
3.
Kondisi Impor Indonesia Dewasa Ini
Keadaan impor di Indonesia tak
selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan
impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008
mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77%
dan 75,65% menjadi 5,99% dan 74,89%. Sedangkan peranan impor barang modal
meningkat dari 17,58% menjadi 19,12%.
Sedangkan dilihat dari peranannya
terhadap total impor non migas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per
pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99%, diikuti mesin dan
peralatan listrik sebesar 15,15%, besi dan baja sebesar 8,80%, kendaraan dan
bagiannya sebesar 5,98%, bahan kimia organik sebesar 5,54%, plastik dan barang
dari plastik sebesar 4,16%, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27%.
Selain itu, tiga golongan barang
berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga% yaitu pupuk sebesar 2,43%,
serealia sebesar 2,39%, dan kapas sebesar 1,98%. Peranan impor sepuluh golongan
barang utama mencapai 67,70% dari total impor non migas dan 50,76% dari total
impor keseluruhan. Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai
impor non migas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar 1,78 juta
US$. Angka tersebut mengalami defisit sebesar US$9,3 juta atau 0,52% dibanding September
2008. Sementara itu, dari total nilai impor non migas Indonesia selama periode
tersebut sebesar 64,62 juta US$ atau 76,85% berasal dari 12 negara utama, yaitu
China sebesar 12,86 juta US$ atau 15,30%, diikuti Jepang sebesar 12,13 juta US$
(14,43%). Berikutnya Singapura berperan 11,29%, Amerika Serikat (7,93%),
Thailand (6,51%), Korea Selatan (4,97%), Malaysia (4,05%), Australia (4,03%),
Jerman (3,19%), Taiwan (2,83%), Prancis (1,22%), dan Inggris (1,10%). Sedangkan
impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22% dan dari Uni Eropa 10,37%.
4.
Faktor Pendorong Suatu Negara
Melakukan Perdagangan Internasional
Banyak
faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di
antaranya sebagai berikut :
·
Untuk memenuhi kebutuhan barang
dan jasa dalam negeri
·
Keinginan memperoleh keuntungan
dan meningkatkan pendapatan negara
·
Adanya perbedaan kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
·
Adanya kelebihan produk dalam
negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
·
Adanya perbedaan keadaan seperti
sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang
menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
·
Adanya kesamaan selera terhadap
suatu barang.
·
Keinginan membuka kerja sama,
hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
·
Terjadinya era globalisasi
sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
5. Manfaat Melakukan Ekpor Impor
Manfaat
perdagangan internasional adalah sebagai berikut :
·
Memperoleh barang yang tidak dapat
diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
·
Memperoleh keuntungan dari
spesialisasi Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk
memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara
dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor
barang tersebut dari luar negeri.
·
Memperluas pasar dan menambah
keuntungan Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan
produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya
perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara
maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
·
Transfer teknologi modern
6. Problema Ekspor
Barang-barang yang diperdagangkan ke luar
negeri atau di ekspor terdiri dari bermacam-macam jenis hasil bumi disamping
hasil tambang dan hasil laut dan lainnya. Kita mengetahui bahwa masalah ekspor
itu bukanlah persoalan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah sebagai ujung dari
suatu kegiatan ekonomi yang menyangkut bidang yang amat luas, atau paling
banyak dapat dikatakan hanya sebagai salah satu dari satu mata rantai
akitifitas perekonomian pada umumnya.
Hasil bumi misalnya sebagian dihasilkan
oleh perkebunan-perkebunan milik pemerintah maupun swasta, sedangkan sebagian
lagi oleh petani-petani kecil yang bertebaran diseluruh tanah air. Bahkan
hasil-hasil itu masih bertebaran di hutan. Akan tetapi semuanya itu tidak akan
menjelma menjadi devisa nyata kalau tidak diusahakan. Hasil-hasil itu
setidak-tidaknya harus dikumpulkan lebih dulu sedikit demi sedikit dari tempat
kecil yang terpencil di pedalaman. Dari situ harus diangkut ke kota dan
kemudian dalam umlah yang agak banyak baru diagkut ke pelabuhan yang terdekat.
Sampai pada taraf itu Indonesia sudah dihadapkan pada masalah-masalah tertentu, yaitu :
Sampai pada taraf itu Indonesia sudah dihadapkan pada masalah-masalah tertentu, yaitu :
A. Masalah pengumpulan dan masalah angkutan darat
Masalah
pengumpulan merupakan persoalan tersendiri, bagaimana caranya mengumpulkan
barang itu dari tempat-tempat kecil dan dari produsen yang tersebar itu. Bidang
prasarana ekonomi inonesia memang tidak sempurna, sehingga dalam banyak hal
menjadi hambatan dalam usaha ke arah perbaikan dalam bidang-bidang lain.
B. Masalah pembiayaan Rupiah ( Rupiah Financing)
Persoalan
pembiayaan ini merupakan pesoalan yang penting pula, apakah keuangan sendiri
dari setiap pengusaha cukup kuat untuk membiayainya, ataukah tidak perlu
bantuan dari bank-bank pemerintah atau badan-badan keuangan lainnya. Kalau
demikian halnya sampai sejauh mana pemerintah dapat memberikan bantuan dalam
pemecahan persoalan pembiayaan rupiah ini.
Barang ekspor kita sebagian dihasilkan oleh produsen kecil ataupun hanya dipungut dari hutan-hutan, laut dan sungai. Produsen atau pengumpul pertama itu mempunyai tingkat pengetahuan dan cara pengolahan yang tidak sama, sehingga barang yang dihasilkan belum mempunyai mutu yang seragam, bahkan mungkin sekali belum dilakukan pengolahan sama sekali. Barang masih sedemikian itu sudah tentu belum dapat diperdagangkan ke luar negeri, tetapi masih perlu di olah lebih dahulu.
Barang ekspor kita sebagian dihasilkan oleh produsen kecil ataupun hanya dipungut dari hutan-hutan, laut dan sungai. Produsen atau pengumpul pertama itu mempunyai tingkat pengetahuan dan cara pengolahan yang tidak sama, sehingga barang yang dihasilkan belum mempunyai mutu yang seragam, bahkan mungkin sekali belum dilakukan pengolahan sama sekali. Barang masih sedemikian itu sudah tentu belum dapat diperdagangkan ke luar negeri, tetapi masih perlu di olah lebih dahulu.
C. Masalah sortasi dan Up-grading (sorting & up-grading)
Baik
di desa maupun di kota-kota pelabuhan barang-barang yang sudah terkumpul harus
disimpan dengan baik dan dimasukkan di dalam karung ataupun peti yang kuat
sehingga terhindar dari kemungkinan kerusakan selama dalam penyimpanan atau
selama dalam perjalanan. Jadi dalam hal inipun tidak dapat diabaikan persoalan.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang didapat dari pokok pembahasan kegiatan ekspor – impor di Indonesia adalah
pembuktian bahwa keadaan ekspor indonesia saat lalu hingga kini menglami
perbaikan yang cukup memuaskan dalam segala aspek akan tetapi ada beberapa
aspek yang jika dilihat secara mendetail tidak perlu adanya kegiatan ekspor
dikarenakan sumber yang sangat memadai, hal demikian bisa dibuat sebagai bahan
kajian untuk pemerintah kita untuk lebih meningkatkan aspek tersebut sehingga
akan membuat kegiatan ekspor – impor di indonesia menjadi jauh lebih baik.
Sedangkan dalam hal impor Indonesia juga memiliki beberapa kekurangan diatas
kata cukup yang didapat sehingga perlunya ada evaluasi yang dapat memperbaiki
hal tersebut jauh menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar